Sabtu, 10 Desember 2011

Diperlukan Analisa Cermat dan Tajam dari BMKG (2)


Jumat, 25 November 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar rapat terbatas (ratas) dengan sejumlah menteri di kantor Presiden Jakarta. Rapat ini membahas mengenai perubahan iklim.

Presiden mengatakan perubahan iklim global harus diantisipasi dengan kemungkinan datangnya bencana alam, khususnya bencana banjir di Jakarta. Terkait potensi banjir, Presiden memberikan atensi khusus kepada provinsi DKI Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga sudah mengingatkan awal tahun depan akan ada sesuatu yang patut diwaspadai dan antisipasi.

Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo langsung sigap, segala persiapan dan langkah antisipasi pun dilakukan. Foke mengklasifikasi tiga strategi hadapi banjir Jakarta.

Pria yang biasa disapa Foke ini memaparkan, upaya dalam jangka pendek, tentu harus dilakukan penyelamatan jika terjadi musibah yang tidak diinginkan.

Sementara untuk upaya jangka panjangnya adalah tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. "Kita sudah buat master plan untuk itu. Kita akan laporkan ini ke bapak presiden," papar Foke beberapa waktu lalu di Kantor Presiden Jakarta.

Ahli tata ruang dan perkotaan Universitas Indonesia (UI) Rudy Parluhutan Tambunan mengatakan, banjir Jakarta yang terjadi selama ini lebih disebabkan buruknya sistem drainase dan aliran sungai yang buruk.

Bila, hujan turun berturut-turut tiga hari dan pada hari yang sama terjadi air pasang laut, maka akan sulit air hujan masuk ke laut, sementara air pasang akan tumpah ke darat. “Itu yang repot dan berbahaya,” kata Rudy Tambunan kepada okezone, Kamis (8/12/2011).

Solusi efektif jangka pendek, yakni pemerintah segera melakukan pembenahan terhadap sungai-sungai yang bermuara ke banjir kanal Jakarta.

Bila kondisi sungai bagus, tidak rusak, air akan mengalir dengan cepat. Sebaliknya, bila rusak atau tersumbat akan banyak hambatan untuk masuk ke banjir kanal Jakarta. “Selama ini ada lima sungai yang bermuara ke banjir kanal timur, kalau dia penuh sampah tentu akan terjadi pendangkalan, air jadi sulit mengalir ke banjir kanal,” jelasnya.

Baiknya, kata Rudy lima aliran sungai yang bermuara ke Banjir Kanal Timur itu dirawat, yang dangkal dikeruk dan bila perlu dilebarkan kembali. Kalau itu dilakukan, maka genangan air disepanjang sungai itu akan berkurang.

Persoalan lain adalah, saluran sekunder di sisi utara banjir kanal timur yang mengalir ke laut, kapasitasnya sudah kecil sekali. Ditambah daratan Jakarta sudah lebih rendah dari laut. Sehingga air tidak bisa mengalir secara gratifikasi. Sebabnya, perlu dibantu pompa.

Pemerintah DKI harus memulai perbaikan tanggul yang bisa menahan rob. Pemeliharaan situ-situ yang rawan jebol, mesti diperjelas kewenangannya. Apakah ditangani daerah atau pusat.

Pembuatan gorong-gorong, dinilai Rudy juga sangat efektif dan membantu untuk mengalirkan air ke laut. Tapi tetap memperhatikan tingkat ketinggian, agar air mengalir sempurna. Diharapkan itu bisa efektif mengurangi genangan air, khusus di jalan-jalan protokol Jakarta.

Hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah upaya BMKG dalam memprediksi perubahan cuaca. Melalui analisanya, BMKG harus cepat memberikan gambaran, mulai dari Januari, Februari hingga Maret seperti apa curah hujannya. Sehingga bisa diantisipasi, tidak menerawang.

“Yang kita harapkan kalau bisa lebih cermat dan tajam prediksinya, setidaknya BMKG memberikan warning atau gambaran diawal tahun 2012 ini. Kira-kira seperti apa sih perilaku curah hujannya, pasang surutnya,” jelas Rudy Parluhutan.

sumber:http://suar.okezone.com/read/2011/12/08/283/539880/diperlukan-analisa-cermat-dan-tajam-dari-bmkg-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar, kritik, saran, juga pertanyaan sahabat sangat saya hargai sebagai masukan agar blog ini dapat lebih baik dan kita semua dapat memperoleh manfaat daripadanya. Jangan sungkan untuk berkomentar.